Syaikh Sulaiman ar-Ruhaili hafizhahullah menceritakan :
Aku melihat pada salah satu diantara guru kami suatu hal yang menakjubkan. Suatu ketika ada seorang lelaki yang datang kepadanya. Kemudian lelaki itu berkata kepada beliau, “Sesungguhnya si fulan mengatakan bahwa anda tidak kuat dalam ilmu hadits.”
Salah seorang penuntut ilmu dari kalangan ulama kemudian disampaikan kepadanya ucapan semacam ini kira-kira bagaimana rasanya. Namun, ternyata beliau justru mengatakan, “Semoga Allah mengampuniya. Sesungguhnya dia memang lebih kuat dariku dalam bab ini. Bahkan aku tidak lemah dalam ilmu hadits saja. Aku pun lemah dalam ilmu-ilmu yang lain. Maka betapa butuhnya aku untuk mendapat tambahan ilmu!”
Maka lelaki itu pun kaget. Dia tidak bisa berkata apa-apa. Padahal dia mengira bahwa beliau akan membuka sejarah -sebagaimana dikatakan oleh orang-, karena orang itu telah menyebutkan sesuatu tentang dirinya.
Beliau menjawab, “Dia memang lebih kuat dariku dalam ilmu hadits.” “Dan aku juga -beliau menambahkan- tidak hanya lemah dalam ilmu hadits. Bahkan dalam ilmu-ilmu lain aku pun demikian, oleh sebab itu betapa butuhnya aku terhadap tambahan ilmu.”
Hakikat seorang ‘alim adalah orang yang memandang bahwa dirinya selalu membutuhkan tambahan ilmu. Para ulama mengatakan, “Seorang alim yang sejati adalah setiap kali bertambah ilmunya, maka dia pun semakin mengetahui kebodohan dirinya.” artinya setiap kali bertambah ilmunya maka dia pun semakin mengetahui bahwa apa yang tidak diketahuinya lebih banyak. “Sedangkan orang yang malang itu adalah orang yang setiap kali bertambah ilmunya maka dia semakin bertambah congkak.” Seolah-olah dia sudah menjadi Syaikhul Islam.
Apabila dia mempelajari satu huruf atau dua kalimat saja atau semisal itu maka dia merasa bahwa dirinya tidak tertandingi oleh siapa pun. Orang semacam ini bukan ahli ilmu sama sekali. Sesungguhnya dia hanyalah orang yang tertipu dan terjatuh dalam banyak keburukan.